1. Al Basyar
2. An Nas, al Ins dan al
Insan
3. Banu Adam dan Dzurriyah
Adam
Dalam
Ensiklopedi semua kata tersebut mempunyai arti yang sama, yaitu manusia. Para
mufasir juga mengartikannya demikian. Tetapi bila dikembalikan kepada rasa
bahhsa(dzawq), meskipun secara artinya sama, namun dalam hakikatnya
masing-masing memiliki perrbedaan. Bint al Syathi merujuk kepada al Quran yang
mengungkapkan istilah-istilah manusia sebagai berikut:
a. Al Basyar
Menurut
bahasa, kata al Basyar tersusun dari akar kata “ba”, “syin” dan “ra” yang
berarti “sesuatu yang tampak baik dan indah” atau “bergembira, mengembirakan
atau menguliti/ mengupas (buah)”atau “memperhatikan dan mengurus sesuatu”.
Penafsir lain, misalnyan al Raghib, mengatakan kata basyar adalah bentuk jamak
dari kata basyirrrah yang artinya “kulit”.
Manusia disebut basyar karena memiliki kulit yang permukaannya ditumbuhi
rambut, namun berbeda dengan kulit hewan yang umumnya ditumbuhi bulu.Kata ini
dalam al Quran digunakan dalam makna khusus untuk menggambarkan sosok tubuh
lahiriyah manusia.
Pendapat
yang sama juga disampaikan olehh Bint al Syathi’.Menurutnya kata basyar merujuk
kepada penegrtian manusia dalam kapassitasnya sebagai makhluk jasmaniah.Secara
fisik memiliki persamaan dengan makhluk lainnya, membutuhkan makan dan minum
untuk hidup.
Kosa
kata basyar disebut dalam al Qurran sebanyak 37 kali, 25 kali di antaranya
mengacu kepada arti yang berkaitan dengan kebutuhan primer manusia (makan,
minum, seks), termasuk nabi dan rasul. Sedangkan 12 kata lainnya digunakan
dalam masalah hubungan antara orrang muslim dan kafir. Berupa ungkapan-ungkapan
orang kafir tentang pengingkaran mereka terhadap status kenabian (bahwa nabi
sama seperti halnya mereka) atau hubungannya dengan perrnyataan firman Allah
bagi rasul-Nya yang memiliki sifat basyariyah manusia.
Di
antara ayat-ayat yang mengungkapkan pengertian tersebut adalah ketika penolakan
umat Nuh yang ingkar untuk menyembah Allah. Selain itu penolakan penduduk
sebuah desa terhadap utusan Allah mencirikan alasan yang sama, yaitu setiap
utusan dipandang sama seperti keadaan manusia biasa. Allah berfirman :” Kamu
tidak lain melainkan seorang manusia seperti kami; maka datangkanlah sesuatu
mu’jizat, jika kamu memang termasuk orang-orang yang benar”. (QS. 26:154)
Dalam
ayat lain berbunyi :” Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang
berkembang biak”. (QS. 30:20) “Maryam berkata:”Ya Rabbku, betapa mungkin aku
mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun”.
Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril):”Demikianlah Allah menciptakan apa
yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah
hanya cukup berkata kepadanya:”Jadilah”, lalu jadilah dia”. (QS. 3:47)
Mengacu
kepada ayat-ayat tersebut dapat dipahami, bahwa kata al basyar menunjuk kepada
aspek realitas manusia sebagai pribadi dan sekaligus sebagai makhluk biologis.
b.
An Nas, al Ins dan al Insan
Berbeda
dengan al basyar kata An Nas, al Ins dan al Insan mempunyai konotasi yang
berbeda satu dengan lainnya. Kata an Nas disebutkan dalam al Quran sebanyak 240
kali menunjukkan pengertian manusia sebagai keturunan Adam as. An Nas dalam hal
ini dipandang dari konteks manusia sebagai makhluk sosial.
Al
Quran menyinggung dalam surat al Hujura, ayat 13 yang berbunyi :” Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal.Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi
Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal”. Dengan jelas menginformasikan tujuan penciptaan
manusia dalam berbagai suku dan bangsa untukbergaul dan berhubungan antar
sesama, saling membantu dalam kebaikan,, saling menasihati agar sama-sama
berada dalam kebenaran atas dasar kesabaran. “kecuali orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran”. (QS. 103:3)
Sedangkan
kata al Ins dan al Insan keduanya berasal dari akar kata, yaitu hamzah, nun dan
sin. Namun demikian, bila dilihat dari segi penggunaan kata dalam al Quran
keduanya memiliki arti yang berbeda. Kata al Ins dijumpai 18 kali dalam
sembilan surat, yang berhadapan (muqbalah) dengan kata jinn yang berarti jin
atau makhluk halus, atau kata jann yang juga bermakna jin. Hal ini
mengindikasikan makna konotasi, bahwa keduanya memiliki unsurr yang berrbeda. Manuia dapat diinderakan,
sedang jin tidak dapat diinderakan, manusia tidak liar (‘adam al tawahhus)
sedangkan jin liar (tawahhusi).
Selanjutnya,
kata al Insan dijumpai dalam al Quran sebanyak 65 kali. Al Insan berbeda dengan
al basyar yanglebih menekankan pad kapasitas manusia sebagai makhluk fisik
biologis dan al ins menitik beratkan pada adanya unsur kesamaran (abstrak).
Maka al insan mengau pada peningkatan ke derajat yang dapat memberinya potensi
dan kemampuan untuk memangku jabatan khalifah dan memikul beban tangung jawab
dan amanah manusia di muka bumi.Karena manusia sebagai khalifah dibekali dengan
potensi internal (ruhiyah, aqliyah dan jasmaniah) dan potensi eksternal (fitrah
dan hudan).
Dengan
demikian manusia dapat menghadapi dan mengantisipasi segala yang baik dan buruk
atau pun kepalsuan (semu) yang dapat menggoyahkan kemampuan dan
kekuatannya.Lebih dari itu manusia diberi peluang mengaktualisasikan dirinya
sebagai makhluk yang mulia dan memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari
makhluk lainnya.
Kemudian
yang menjadi faktor pembeda menurut Bint al Syathi, telah Allah berikan kepada
manusia semenjak kelahirannya dimensi ilmu pengetahuan. Kelebihan itu dapat
dilihat dari firman Allah dalam surat al Alaq ayat 2, 5 dan 6 yang berbunyi :”
Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah. Dia mengajarkan kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya. Ketahuilah! Sesungguhnya manusia
benar-benar melampaui batas”.
Dari
ketiga ayat resebut terdapat tiga makna manusia (al insan), yaitu (1) Tentang
asal-usul penciptaan manusia (2) Pemberian ilmu oleh Allah kepada manusia; (3)
Peringatan terhadap faktor negatif yang pada kondisi tertentu manusia melupakan
Alllah.
Maka
dalam ayat lain disebutkan manuusia memiliki derrajat yang titinggi namun dalam
ayat lain bertolak belakang, manusia menjadi makhluk yang sangat hina. Hal ini
tidak berarti manusia dipuji dan dicela dalam waktu yang bersamaan, tapi
menunjukan bahwa manusia itu adalah memiliki sifat mendekati kesempurnaan dan
banyak kekurangan sesuai dengan potensi internnya.Maka tinggi rendahnya derajat
manusi sangat bergantung kepada kemampuan menentukan sikap dan keadaan mereka
sendiri.
c. Banu Adam dan Dzurriyah Adam
Istilah
Banu Adam dituturkan dalam Al Quran sebanyak delapan kali, tujuh diantaranya
berada dalam surat-surat Makkiah dan satu kali dalam surat Madaniah dengan
istilah Ibnay Adam. Sedangkan istilah Dzurriyah Adam di sebut satu kali.
Kata
Banu berasal dari kata ba’, nun dan ya’ yang berarti sesuatu yang lahir dari
yang lain. Sedang kata dzurriyah berasal dari kata dzal’, ra’ dan ra’ yang
berarti halus, lembut dan tersebar.
Kedua
istilah ini dikaitkan dengan manusia karrena adanya kata Adam sebagai bapak
manusia (abu al basyar).Secara umum menunjukkan hubungan keturunan atau
silsilah kesejarahan, asal usul manusia yang berasal dari satu.
Bedanya,
kata banu Adam mengacu pada hubungan darrrah selrruh manusia, sedangkan
dzurriyah Adam mengacu pada makna keberagaman manusia yang tersebar dalam
berbagai suku, bangsa dengan warna kulit dan bahasa yang berbeda.
Konsep
ini sejalan dengan fitrah manusia yang mempunyai ikatan janji dengan Allah
untuk mengakui keesaan-Nya. Oleh karenanya kata banu Adam dan dzurriyah Adam
mengandung pengerrtian yang mengikat umat manusia sebagai keturunan dan anak
cucu Adam agar senantiasa patuh kepada perjanjian tersebut.Wallahua’lam.
No comments:
Post a Comment