MATA KULIAH : BAHASA INDONESIA
KELAS : 3KA07
NAMA ANGGOTA
KELOMPOK:
-
ANNISA SELANDIA 19111530
-
CLAUDIA GALUH . K 11111683
-
MEGAWATI OKTAVIANI 14111391
TEMA : ASAL MULA BAHASA
ASAL MULA BAHASA
Diduga
makhluk-makhluk yang mirip manusia dan menggunakan alat pemotong terbuat dari
batu namun masih seperti kera “berkomunikasi“ secara naluriah , dengan
bertukar- tanda alamiah berupa suara (gerutan, geraman, pekikan), postur dan
gerakan tubuh, termasuk gerakan tangan dan lengan, sedikit lebih maju dari
“komunikasi“ hewan primata masa kini. Mereka tidak menggunakan bahasa lisan
yang membutuhkan penciptaan berbagai suara yang subtil.
Dulu
nenek moyang yang juga disebut Cro magnon ini tinggal di gua-gua. Mereka punya
sosok seperti manusia, hanya saja lebih berotot dan lebih tegap, mungkin karena
hidup mereka penuh semangat dan makan makanan yang lebih sehat. Ketika mereka
belum mampu berbahasa verbal, mereka berkomunikasi lewat gambar-gambar yang
mereka buat pada tulang, tanduk, cadas, dan dinding gua yang banyak ditemukan
di Spanyol dan Prancis Selatan. Mereka menggambarkan bison, rusa kutub, dan
mamalia lainnya yang mereka buru. Inilah sarana pertama yang dikenal manusia
untuk merekam informasi.
Kemudian antara 40.000 dan 35.000 tahun lalu Cro Magnon mulai menggunakan bahasa lisan. Ini dimungkingkan karena mereka punya struktur tengkorak, lidah, dan kotak suara yang mirip dengan yang dimiliki sekarang. Kemampuan berbahasa inilah yang membuat mereka terus bertahan hingga kini, tidak seperti makhluk mirip manusia sebelumnya yang musnah.
Kemudian antara 40.000 dan 35.000 tahun lalu Cro Magnon mulai menggunakan bahasa lisan. Ini dimungkingkan karena mereka punya struktur tengkorak, lidah, dan kotak suara yang mirip dengan yang dimiliki sekarang. Kemampuan berbahasa inilah yang membuat mereka terus bertahan hingga kini, tidak seperti makhluk mirip manusia sebelumnya yang musnah.
Fred
West mengemukakan bahwa ,” ujar seperti halnya bahasa, adalah hasil kemampuan
manusia untuk melihat gejala-gejala sebagai simbol-simbol dan keinginannya
untuk mengungkapkan simbol-simbol(simbol vokal, hingga terucapkan kata-kata,
umpamanya, bahaya, ngeri, dalam, dingin, menenggelamkan, hanyut, arus, dan
sebagainya) itu.
Pandangan Socrates, Max Mueller
(1825-1900) seorang bangsa Jerman mengemukakan Dingdong Theory atau Nativistic
Theory yang meyakini bahwa bahasa timbul secara alamiah karena manusia
mempunyai insting yang istimewa untuk mengeluarkan ekspresi ujaran bagi setiap
pesan yang datang dari luar termasuk dalam meniru bunyi-bunyi alam.
Teori lain yang disebut Teori
Bow-bow atau Echoic Theory menjelaskan bahwa bahasa manusia merupakan tiruan
bahasa alam, misalnya suara halilintar, kicauan burung, bunyi hujan, bunyi
gesekan daun, dan bunyi-bunyi lainnya akan merupakan sumber bahasa. Teori-teori yang dikemakakan
Socrates, Max Mueller, dan Teori Bow-bow ternyata mendapat banyak kritik,
karena teori-teori tersebut tidak dapat membuktikan semua ‘kata’ dapat
dihubungkan dengan bunyi-bunyi alam.
Suara yang sama seringkali
ditafsirkan secara berbeda-beda oleh orang-orang yang berlainan, misalnya dalam
menirukan suara kokok ayam jantan, orang Jawa menyebutnya “kukuruyuk”, orang
Sunda menyebut kongkorongok’, orang Prancis dan Spanyol menyebut “cocorico”,
orang Cina menyebut “wang-wang”, sedangkan orang Inggris menyebut “cock a
doodle do”.
Teori yang lain adalah Teori
Interjeksi (Interjection Theory) atau
Teori Pooh-pooh yang berpandangan bahwa bahasa manusia berasal dari dorongan
dan ungkapan emosi, misalnya rasa sakit, takut, senang, marah, atau sedih.
Menurut teori ini, bunyi “ha... ha...” timbul karena dorongan rasa gembira,
bunyi “uuh. .“ timbul karena rasa sakit, bunyi “wow...” muncul karena rasa
kaget.
Pada abad ke-19, Darwin menyodorkan
hipotesis bahwa bahasa lahir karena menirukan isyarat-isyarat yang dilakukan
anggota tubuh yang lain. Menurut teori ini pula bahwa isyarat fisik dapat
menjadi cara untuk menunjukkan serangkaian makna. Selain teoni-teori
sebagaimana dijelaskan di atas, masih ada teori lain mengenai asal mula bahasa
dengan fokus pada aspek-aspek fisik manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk lain.
Kini
para antropologi menyimpulkan bahwa manusia dan bahasa berkembang bersama.
Manusia ada di bumi ini kurang lebih sudah satu juta tahun lamanya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya menjadi homo sapiens juga
mempengaruhi perkembangan bahasanya. Perkembangan otaknya mengubah dia dari
agak manusia menjadi manusia sesungguhnya. Mereka kini mempunyai kemampuan,
mulai menemukan dan mempergunakan alat-alat, dan mulailah dia berbicara.
Dalam
Combridge Encyclopedia tentang evolusi manusia, para editor Jones, Martin, dan
Plilbeam mengizinkan bahwa tidak ada bahasa kecuali bahasa manusia; dan
kemudian meneruskan mengamati bahwa bahasa adalah suatu adaptasi unik pada
manusia, namun keunikannya juga memiliki sifat alami dan basis biologinya
adalah sulit untuk digambarkan.
Bahasa
manusia pertama hampir tak punya arti, sebagaimana ucapan-ucapan bayi lama
kelamaan ucapan-ucapan tadi berkembang menuju kesempurnaan. Bukti kemampuan pembawaan untuk
berbahasa ialah kenyataan bahwa setiap bayi yang dilahirkan hidup mesti
menangis. Tangisan pertama inilah bentuk ujaran yang paling sederhana. Tangisan
ini di mana pun bayi dilahirkan secara kualitas sama. Artinya, bahwa setiap
bayi memiliki bunyi-bunyi dasar yang sama yang akan siap untuk dikembangkan
dalam menguasai bahasa apa saja. Dengan demikian, manusia sanggup menguasai
lebih dari satu bahasa.
Perkembangan
sejarah bahasa dari jaman Yunani Kuno sampai sekarang tidak lepas dari adanya
kontroversi. Kontroversi yang pertama sudah ada sejak abad keenam sebelum masehi.
Dua kubu yang saling berhadapan saat itu kubu phusis dan kubu thesis.
Kontroversi yang kedua terjadi sekitar abad ke-4 sebelum Masehi antara penganut
faham Analogi dan penganut faham Anamoli. Kontroversi yang ketiga timbul pada
jaman Renaissance, antara para penganut empirisme dan para penganut nasional.
No comments:
Post a Comment